Fakta Tentang Keluarga Broken Home, Pahami untuk Menghindari

Keluarga broken home adalah fenomena yang kerap kali terjadi di tengah masyarakat dan menjadi hal yang sangat wajar di masa sekarang. Broken home sendiri diambil dari kata broken yang memiliki arti keretakan dan home yang berarti rumah. Broken home merupakan permasalahan dari suami dan istri dan berujung dengan mengakhiri ikatan pernikahan.

Daftar Isi

Perceraian yang Kian Meningkat

Di Indonesia sendiri angka perceraian semakin tinggi dan mengkhawatirkan, pada laporan statistik Indonesia tahun 2022 angka perceraian menyentuh 500 ribu yang mengalami peningkatan sebesar 15.31% dari tahun 2021. Yang dimana tahun 2022 menjadi angka tertinggi perceraian pada enam tahun belakangan. Sehingga keluarga broken home kian membesar dan meluas.

Penyebab Terjadinya Broken Home

Keluarga broken home merupakan cerai hidup atau perpisahan antara suami dan istri yang berakibat dari kegagalan menjalankan perannya. Pernikahan pasti memiliki konflik ataupun kesulitannya sendiri sehingga sering kali pasangan suami dan istri tidak dapat lagi mempertahankan bahtera rumah tangga dan memutuskan untuk berpisah. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan broken home.

1. Terjadinya Kekerasan

KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga dapat menyebabkan perceraian antara suami dan istri. Keluarga yang mengalami kekerasan tidak akan menjalani kehidupan dengan baik atau keluarga tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kekerasan juga dapat mengakibatkan broken home yang mampu mempengaruhi mental dari pasangan maupun anak.

2. Kesulitan Ekonomi

Sering kali terjadinya keluarga broken home juga didasari oleh permasalahan ekonomi dan masalah finansial. Ekonomi yang tidak baik dapat memberikan kesulitan untuk semua pihak mulai dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan lain. Sehingga hal ini dapat memicu terjadinya pertengkaran dan konflik yang menyebabkan perpisahan dan terjadinya broken home.

3. Tujuan Antara Suami dan Istri yang Berbeda

Konflik yang disebabkan disorientasi perbedaan tujuan kehidupan mulai dari agama, tujuan hidup ataupun pola pikir merupakan potensi terjadinya perpisahan dan broken home. Selain itu, sering kali suami dan istri tidak menerima pendapat dari salah satu pasangan yang menyebabkan terjadinya ketidak cocokan dalam membina rumah tangga.

4. Ketidak dewasaan dari Suami dan Istri

Faktor kedewasaan dalam hubungan suami dan istri juga menjadi salah satu penyebab terjadinya perpisahan dan terbentuknya keluarga broken home. Ketidak dewasaan itu sendiri mencakup beberapa hal diantaranya emosionalitas, pengelolaan masalah dan kemampuan untuk mengatasi seluruh masalah yang terjadi, intelektualitas serta pengaruh norma.

5. Faktor Pengetahuan

Keluarga broken home dapat terbentuk dari tingkat wawasan suami dan istri, pemahaman terkait pernikahan perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan broken home. Bagi suami dan istri yang memiliki wawasan lebih sempit mengenai pernikahan seringkali tidak dapat mempertahankan pernikahannya dan memilih untuk mengakhiri ikatan pernikahan.

6. Kurangnya Rasa Tanggung Jawab

Rasa tanggung jawab dari orang tua sangat kurang juga dapat menyebabkan broken home terlebih untuk sang buah hati. Standar kehidupan sang anak akan berkurang yang disebabkan oleh orang tua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab. Hal ini dapat disebabkan oleh kesibukan yang dialami oleh kedua orang tua dan kurangnya dalam memanage waktu.

Dampak Broken Home

Keluarga broken home tentu saja memiliki dampak yang buruk dari segi mental dan dampak buruk kepada anak. Proses perkembangan baik fisik dan mental sang anak akan mengalami gangguan yang dapat memberikan hal negatif untuk tumbuh kembangnya. Apalagi ketika broken home terjadi di masa peralihan yakni remaja, anak akan mengalami kenakalan yang disebabkan faktor keluarga.

1. Emosi Anak yang Tidak Stabil

Anak menjadi dampak besar terhadap perceraian orang tuanya dan menyebabkan kondisi emosional anak yang tidak stabil. Sehingga, anak dari keluarga broken home harus menjalani beberapa tantangan seperti kurangnya kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua ataupun harus melihat pertengkaran yang selalu terjadi pada orang tua yang dapat memicu depresi pada diri sang anak.

2. Lebih Sensitif

Broken home dapat memicu anak menjadi jauh lebih sensitif apabila membahas atau menyangkut masalah keluarga. Bagi sebagian orang yang dilanda masalah broken home serta seringkali mendengar kekerasan, teriakan bahkan cacian dari orang tua akan memiliki perasaan yang sensitif dan cenderung memilih untuk menutupi segala kesedihan yang harus dialami oleh sang anak.

3. Percaya Diri Sangat Kurang

Hal lain yang dapat memicu dari broken home ialah percaya diri dari anak yang sangat kurang. Berbagai tekanan dan kejadian yang harus dipendam sendiri, serta kurangnya perhatian dan kasih sayang dan tidak adanya kehangatan dalam rumah dapat mempengaruhi rasa percaya diri pada seseorang. Anak yang tumbuh dengan label broken home seringkali memiliki tingkat percaya diri yang rendah.

4. Timbul Rasa Benci

Ketika anak mengalami broken home atau harus tumbuh di tengah keluarga broken home dan seringkali melihat pertengkaran kedua orang tuanya, anak akan tumbuh dengan rasa benci kepada orang tua. Timbul rasa benci tersebut kian menumpuk dan selalu dipendam sehingga menjadi dendam tersendiri oleh anak hingga tumbuh dewasa.

5. Haus dengan Rasa Kasih Sayang

Karena kurangnya kasih sayang yang diberikan oleh orang tua, anak yang menjalani hidup dengan broken home kerap kali haus dengan rasa kasih sayang. Perasaan ingin dicintai dan disayang tumbuh ketika anak tumbuh di keluarga yang cenderung tidak harmonis. Anak akan memiliki perasaan sayang yang sangat tulus tetapi ingin mengharapkan timbal balik yang sepadan.

6. Tidak Dapat Meluapkan Emosi dengan Baik

Ketakuan yang selalu dibawa oleh sang anak dari keluarga broken home sering kali dibawa dan selalu dipendam secara terus menerus, anak akan merasa kesulitan dan tidak dapat meluapkan emosi dengan baik. Dalam berbagai kondisi anak memiliki pikiran semua yang di lakukan akan salah sehingga anak akan lebih memilih diam. Hal ini dapat memicu panic attack pada sang anak.

Baca Juga: Kata Mutiara Keluarga, Sederhana Tapi Memberikan Makna Mendalam

7. Sangat Protektif

Proteksi berlebih yang diberikan anak kepada keluarga terdekat guna untuk melindungi seseorang dari kekerasan mental maupun fisik. Anak akan tumbuh menjadi pelindung dan bersikap sangat dewasa yang seharusnya di umur yang sangat kecil atau muda belum menunjukan sifat kedewasaan tertentu. Pada pergaulan pun sifat proteksi akan selalu terbawa baik pasangan maupun teman.

Beberapa hal yang dilalui dari broken home serta dampak negatif yang diakibatkan broken home dapat merusak mental suami atau istri dan sang anak. Sehingga perlunya mencegah terjadinya kerusakan rumah tangga dengan cara melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan pasangan dan belajar untuk menambah wawasan terkait pernikahan.

Pernikahan yang sehat tidak semata-mata Anda dapatkan dan perlunya usaha dari kedua pasangan serta wawasan yang luas terkait ujian dalam pernikahan. Bagi Anda yang belum menikah mempelajari pernikahan dan persiapan pernikahan sangatlah penting. Seremoni menyediakan berbagai macam undangan serta template undangan pernikahan digital atau undangan pernikahan online yang dapat langsung digunakan serta dapat diakses secara gratis.

Leave a Comment